INTINEWS.CO.ID, OPINI – Mau tidak mau keberadaan Forum Kota (FORKOT) telah ikut menggoreskan sejarah di Indonesia. FORKOT bisa dikatakan satu-satunya Organisasi Mahasiswa yang dimana semangat militan yang menjadi Aktivis Forkot tidak perlu diragukan lagi. FORKOT bersama beberapa forum Mahasiswa lainnya tercatat oleh sejarah sebagai organ gerakan mahasiswa pertama yang memasuki Gedung DPR/MPR pada tanggal 18 Mei 1998. Oleh sebab itu, Tidak melupakan sejarah turut berbelasungkawa atas meninggal JIMMY C. MATITAPUTTY Aktivis FORKOT Kawan Seperjuangan Reformasi 1998.
Orde Lama berganti Orde Baru yang diawali dengan dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret 1966. Orde Baru berlangsung dari tahun 1966, dan berakhir Tahun 1998. Setelah jatuhnya Kepemimpinan Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998, Aktivis FORKOT terus melakukan pergerakan perjuangan dengan aksi-aksi yang militansi tanpa batas. Walaupun Kepemimpinan Presiden Soeharto sudah berganti Pak Presiden B.J. Habibie, tidak ada kata mundur berjuang, tetap terus militan meskipun Aparat dengan perlengkapannya yang lengkap semakin banyak menghadang.
Baca juga: Riski Faisal Kembali Jabat Wakil Ketua Satu DPRD Provinsi Kepri Sisa Jabatan 2019-2024
Bagi Aktivis FORKOT, mendapatkan cacian, tuduhan, bentrokan, berdarah kena pukulan, menimbulkan korban, bahkan tidakan represif dan penangkapan oleh aparat, semuanya itu semakin menahambah semangat jiwa militan Para Aktivis FORKOT. Jadi pada masa itu tidak dengan mudah (sembarangan) Mahasiswa/i yang teguh ikut di garis perjuangan Forum Kota.
Banyak sekali aksi-aksi FORKOT pada masa itu, tetap konsisten teguh melakukan aksi-aksi diantaranya:
- Aksi menuntut penghapusan Dwi funsgsi TNI,
- Aksi menentang Sidang Istimewa MPR 1998 (Yang berbuntut Tragedi Semanggi I)
- Aksi menolak pemilu 1999,
- Aksi menolak RUU PKB (Yang berakhir dengan peristiwa Semanggi II)
- Aksi menolak kenaikan BBM
Aksi-aksi yang dimana para aktivis FORKOT yang selalu berdiri di garis terdepan hanya dengan menggunakan Toa (alat pengeras suara), Mars perjuangan, Yel-yel perjuangan, Tongkat bendera dan batu menjadi patron semangat perjuangan bagi organ mahasiswa lainnya untuk tidak mundur menghadapi brigade aparat, laras panjang, panser, water canon, dan lain-lainnya.
Menurut Jiffry Umboh, SH, salah satu simpul FORKOT di Unbor (Universitas Borubudur) ikatan emosional yang sangat dalam lahir dalam jiwa kebersamaan semua Aktivis FORKOT pada masa itu.
“JIMMY C. MATITAPUTTY adalah sosok kawan seperjuangan, khususnya bagi basis FORKOT wilayah Jakarta Timur (Kalimalang, Jatiwaringin, Pondok Kelapa dan Bekasi). Jimmy adalah Simpul Forkot di Kampus STIE Swadaya, Kita bersama-sama solid membangun dan membina bagaimana kekuatan aksi tidak kendor. Banyak rasa kebersamaan yang akan terus berbekas tidak akan pernah hilang, selamat jalan Kawan, Selamat jalan sobat Ku, Dan sekarang Perjuanganmu pada kehidupan ini sudah selesai, mengucapkan turut belasungkawa sedalam-dalamnya untuk Keluarga, istrinya Olivia Don Bosco beserta anak yang ditinggalkan agar tabah dan kuat menghadapi semuanya ini, (6/3)
Lanjut Jiffry Umboh, SH, yang pada saat ini bertempat tinggal di Kalimantan Timur, mengatakan bahwa berita dukacita ini mengejutkan banyak Kawan-kawan “alumni” Aktivis FORKOT. Telah berpulang (RIP) Kawan Kita, Jimmy C. Matitaputty, suami dari Olivia Don Bosco pada hari ini di RSUD Cibinong sekitar pukul 14:00 WIB, Jenazah akan disemayamkan di Pouk Gereja Lahai Roi Cijantung, Jalan Mahoni, No.1, Cijantung II, Jakarta Timur.
Berita dukacita, telah meninggal (RIP) Jimmy C. Matitaputty, suami dari Olivia Don Bosco pada hari ini di RSUD Cibinong sekitar pukul 14:00 WIB, juga mengejutkan Partogi A. Pakpahan, ST, yang biasanya di panggil Ogi “Jhenggot”, yang juga merupakan eksponen Aktivis ’98, ‘alumn’ Aktivis FORKOT.
“Almarhum Jimmy C. Matitaputty dan istrinya Olivia Don Bosco adalah Kawan seperjuangan yang merupakan bagian dari eksponen Aktivis ’98. Pada waktu itu Kami yang pernah sama-sama dalam pergerakan di garis FORKOT. Yang pastinya bagi sesama Aktivis di FORKOT cukup banyak kenangan yang tidak terlupakan. Jalinan ikatan emosional Kami masa itu dilakukan dalam kebersamaan yang dimana Kami bersama-sama terus berupaya bagaimana caranya mengajak Mahasiswa/i di Kampus Kami bertambah terus dan ciptakan keteguhan menjadi militansi tanpa batas. Kumpul bersama yang kadang-kadang di Kampus STIE Swadaya atau di Kampus UNBOR atau di Kampus UNSADA ini atau Kampus lainnya, saling memberi infomasi dan berbicara/berdiskusi, baik itu tentang perpolitikan pada masa itu, rapat teklap, dan lain-lainnya,” terang Ogi, Simpul FORKOT di UNSADA (Universitas Darma Persada) Pondok Kelapa, Jakarta Timur, (6/3).
Lanjut Ogi mengenang masa perjuangan di garis FORKOT, bisa dikatakan kalau militansi dalam berjuang 1 Aktivis Forkot berbanding dengan 12 Aparat, jadi jika yang turun aksi seratus Aktivis FORKOT dan yang menghadangnya cuma seribu Aparat itu dianggap masih bellom ada apa-apanya. Kekuatan Perjuangan Kami di FORKOT yang menjadikan sangat berbeda dengan organ mahasiswa pada waktu itu adalah “Perjuangan Kami Totalitas terpatri dengan kebersamaan dalam Penderitaan”.
“Saya yang dulu pernah sebagai Simpul FORKOT di UNSADA, atas nama seluruh Mahasiswa/i UNSADA yang ikut berjuang di garis FORKOT mengucapkan, Selamat jalan Kawan, Jimmy C. Matitaputty, Rest In Peace, dan kepada istri almarhum, Olivia Don Bosco jangan kendor tetap semangat teruskan cita-cita anak Kalian setinggi-tingginya, Tuhan memberkati Kalian, amin,” ucap Ogi, (6/3).
(Redaksi)