PENGETAHUAN

Solusi Tidak Punya Keturunan

Pekembangan Sel telur ke Janin. Gambar dokumentasi INTINEWS.co.id

 

INTINEWS.CO.ID, PENDIDIKAN&IPTEK – Salah satu Tujuan pernikahan salah adalah mendapatkan keturunan (anak), namun ada pasangan (suami-istri) yang sudah cukup lama menikah tetap belum mendapatkan keturunan yang disebabkan berbagai faktor dan alasan. Tapi di abad 21 ini ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dengan pesatnya dikembangkan oleh para ilmuwan. Dengan IPTEK  menjadi memungkinkan pengembangan ras manusia dapat dilakukan dengan inseminasi buatan, bayi tabung, embrio buatan apakah itu?.

Bayi Tabung dan Sejarahnya

Metode yang disebut In vitro fertilization (IVF).  Dalam prosesnya, ovarium distimulasi agar memproduksi banyak telur. Sel telur yang matang di ambil dan dipertemukan dengan sperma dalam suatu cawan petri khusus sehingga terjadi pembuahan. Lalu sperma yang membuahi sel telur selanjutnya menjadi embrio. Embrio ini akan dimasukkan ke dalam rahim sehingga bisa tumbuh dan berkembang menjadi janin.

Prosedur bayi tabung biasanya di lakukan setelah upaya lain tidak berhasil, seperti:

  • ibu sudah mengonsumsi obat-obatan penyubur atau inseminasi buatan, namun tak kunjung terjadi kehamilan.
  • ibu yang mengalami gangguan atau masalah sumbatan pada tuba falopi.
  • usia reproduksi yang lanjut.
  • pria yang mengalami masalah jumlah sperma sedikit.
  • faktor ketidaksuburan yang tak diketahui dengan jelas penyebabnya.

Robert Geoffrey Edwards yang lahir pada tanggal 27 September 1925, dan meninggal pada tanggal 10 April 2013 (87 tahun), memperoleh gelar doktor dari Edinburgh University, Skotlandia, pada tahun 1955, dengan tesis mengenai perkembangan embrio pada tikus. Edwards berwarganegara Inggris, bekerja sebagai staf ilmuwan National Institute Medical Research di London pada tahun 1958, lalu bekerja di Cambridge hingga pensiun. Dia memperoleh gelar profesor emeritus (profesor yang pensiun dengan performa yang baik) dari University of Cambridge, dan mendapatkan penghargaan Nobel Kedokteran tahun 2010 bersama Patrick Steptoe untuk penemuan mereka dalam bidang kesuburan in vitro yang menjadi dasar dari lahirnya bayi tabung Louise Joy Brown.

Memulai riset tentang proses fertilisasi pada manusia, pada tahun 1969, untuk pertama kalinya Edwards berhasil melakukan pembuahan sel telur manusia di cawan laboratorium, tetapi sel tersebut tidak berkembang sesuai keinginan. Maka, dia berpikir bahwa sel telur lebih baik dibiarkan matang di dalam ovarium terlebih dahulu sebelum dipindahkan ke luar untuk dibuahi. Rekannya seorang ginekologi, Patrick Steptoe, mengembangkan teknik laparoskopi (operasi dengan sayatan kecil) untuk pengamatan terhadap ovarium lewat instrumen optik. Steptoe menggunakan laparoskopi (operasi lubang kunci, prosedur bedah minimal invasif yang dilakukan dengan membuat sayatan kecil di dinding perut. Laparoskopi dilakukan dengan bantuan alat berbentuk tabung tipis bernama laparoskop) untuk memindahkan sel telur dari indung telur, dan Edwards melakukan kultur sel serta menambahkan sperma. Hasilnya, sel telur dapat membelah dan membentuk embrio awal (ukuran 8 sel). Embrio berukuran 8 sel kemudian dikembalikan lagi ke dalam rahim wanita (Bayi tabung).

Pada 25 Juli 1978, bayi tabung pertama di dunia, Louise Brown, lahir dari pasangan Edwards dan Lesley Brown. Hal ini terjadi setelah sekitar 100 percobaan Edwards-Steptoe mengalami kegagalan dan hanya menghasilkan kehamilan singkat. Bersama Steptoe, dia mendirikan Bourn Hall Clinic (pusat terapi fertilisasi in vitro pertama di dunia) dan bekerja sama menyempurnakan teknik fertilisasi in vitro hingga Steptoe meninggal pada tahun 1988.

Baca juga: Bijak Menyikapi Di Pandemi Covid-19

Metode Inseminasi Buatan

Inseminasi buatan atau di kenal dengan istilah intrauterine insemination (IUI) adalah suatu metode atau prosedur ‘mencuci’ sperma dari air mani sehingga didapatkan sperma yang berkualitas baik, lalu sperma disimpan di dalam kateter (sebuah pipa panjang, ramping, dan fleksibel terbuat dari bahan yang lentur dan dapat dilihat dengan sinar X). Kemudian, kateter disambungkan ke dalam leher rahim sehingga bisa langsung menuju rahim. Disinilah sperma tersebut kemudian akan tersimpan. Selanjutnya, sperma tersebut akan mencari cara sendiri untuk mencapai tuba falopi sampai akhirnya  menemukan sel telur. Sel telur inilah yang akan dibuahi oleh sperma.

Metode tersebut hanya dapat dilakukan pada wanita dengan kondisi tuba falopi yang terbuka. Selain itu, umumnya dikombinasikan dengan berbagai jenis rangsangan rahim, misalnya injectable gonadotropins. Dengan demikian, hormon-hormon yang diproduksi  otak dapat merangsang rahim agar sel telur siap untuk dilepaskan. Sekitar dua minggu usai menjalani proses inseminasi buatan, calon ibu kembali di cek untuk mengetahui apakah metode ini berhasil atau tidak. Proses inseminasi buatan ini cukup singkat meski tidak sesederhana yang dibayangkan. Memang relatif tidak menyakitkan, tapi pasangan perlu persiapan yang matang, karena sebelum menjalani proses inseminasi buatan ini, dokter akan memeriksa organ reproduksi dan kesuburan masing-masing pasangan. Ini dilakukan untuk mengetahui apa masalah yang menyebabkan sulit hamil secara alami.

Inseminasi buatan dilakukan untuk menangani kasus ketidaksuburan dengan penyebab yang belum jelas dan kasus jumlah sperma yang sedikit. Metode ini rendah efek samping, selain itu biayanya tidak terlalu mahal. Meski begitu, tingkat keberhasilan kehamilan dengan metode ini tak setinggi teknik lain.

Sederhananya perbedaan Inseminasi buatan dengan Bayi tabung adalah mengenai prosesnya, inseminasi buatan pembuahan tetap terjadi dalam tubuh ibu sedangkan pada bayi tabung pembuahan dilakukan di laboratorium (Embrio yang dihasilkan kemudian dimasukkan ke dalam kateter dan disimpan kembali di dalam rahim ibu).

Baca juga: Kecelakaan Di Perlintasan Sebidang KA Karena Rendahnya Kedisiplinan

Embrio Buatan di Abad 21

Ilmuwan KNAW telah berhasil membuat struktur mirip embrio di laboratorium dari sel induk (stem cells) tikus. Metode baru ini membuka pintu untuk memahami proses kehidupan yang pertama dan tersembunyi masalah ketidaksuburan, atau asal mula penyakit embrio.

Masih sangat sedikit mengetahui tentang bagaimana awal embrio berkembang, karena ukurannya yang kecil (selebar sehelai rambut) dan tidak dapat diaksesnya di dalam rahim. Namun pengetahuan tersebut sangat penting, para peneliti kini telah menemukan cara membuat model embrio di laboratorium dari sel induk. Penelitian yang membantu memahami jalur sempurna yang harus diambil embrio awal untuk perkembangan yang sehat.

Untuk pertama kalinya, dimungkinkan untuk membentuk embrio model awal dalam jumlah tak terbatas yang ditanamkan di dalam rahim. Dengan cara baru untuk mempelajari tahap paling awal perkembangan embrio, dan untuk mengeksplorasi pengaruh faktor lingkungan pada perkembangan dan penyakit. Suatu Penelitian yang membuka jalan menuju disiplin biomedis baru.

Para peneliti berhasil memunculkan embrio buatan tanpa harus menggunakan sel telur tertentu. Dengan adanya kemajuan tersebut, manusia bisa menyelidiki lebih dalam lagi terkait dengan misteri penciptaannya.

(Redaksi).

Loading

Tinggalkan Balasan