INTINEWS.CO.ID, DAERAH – Yogyakarta. Dalam pemberitaan itu diperlukannya tanggung jawab dan sikap bijak.
Adapun prihal ini di kutip di situs web, https://dewanpers.or.id/berita/detail/2459/Perlu-Tanggung-Jawab-dan-Sikap-Bijak-dalam-Pemberitaan, sebagai berikut:
Di era keterbukaan informasi saat ini, jurnalisme tidak hanya memerlukan tanggung jawab tetapi juga sikap bijak dalam memberitakan fakta. Tiga narasumber Talk Show Kemerdekaan Pers, Jurnalisme Warga, dan Peran Media Sosial di Universitas Pembangunan Nasional (UPN) “Veteran” Yogyakarta, Senin, (21/08/2023), menyepakati hal tersebut.
Ketua Komisi Pengaduan dan Penegakan Etika Pers, Yadi Hendriana, mengemukakan bahwa jurnalisme adalah juga terkait impact atau dampak. Menurut dia, kebebasan pers tidak boleh bebas mutlak, tetapi harus bertanggung jawab dan memberi dampak.
Ia menjelaskan, di samping dampak juga ada wisdom atau sikap bijak yang sangat penting bagi seorang jurnalis dalam memutuskan apakah akan mengunggah berita atau tidak.
“Tidak semua fakta harus diberitakan. Tanpa wisdom dalam pemberitaan, maka yang menjadi korban adalah publik. Pers dituntut untuk bertanggung jawab,” kata Yadi.
Akademisi UPN Veteran Yogyakarta, Susilastuti, memaparkan kaitan berita dengan keberadaan mahasiswa. Menurut Susi, kata-kata memiliki makna yang luar biasa. Mahasiswa perlu belajar cara menyampaikan gagasan dan mengkritisi sesuatu.
Mahasiswa, tuturnya, adalah garda terdepan dalam sebuah perubahan.
“Satu kata Kita keliru, bisa berdampak luar biasa. Harus ada semacam wisdom, semacam pergulatan dalam diri Kita ketika akan menuliskan kata-kata yang akan Kita sampaikan ke publik melalui media apa pun,” ujarnya.
Di sisi lain, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Yogyakarta, Hudono, menyampaikan keprihatinan dengan kondisi dunia informasi saat ini. Setiap orang begitu mudah membagi informasi apa saja tanpa verifikasi sama sekali.
“Itulah bedanya dengan Pers. Pers diwajibkan melakukan verifikasi dalam memberitakan sesuatu. Bahkan dalam uji kompetensi wartawan, pertanyaan pertama adalah perbedaan Pers dengan media sosial,” papar Hudono.
Talk Show Kemerdekaan Pers, Jurnalisme Warga, dan Peran Media Sosial merupakan bagian dari rangkaian acara Dewan Pers sambang Kampus yang digelar secara bergiliran di kampus-kampus seluruh kota besar di Indonesia. Selain talk show, dalam kegiatan tersebut Dewan Pers juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mendengar pandangan generasi muda terhadap perkembangan jurnalisme di Indonesia melalui sesi speech panel “Zilenial Memandang Kemerdekaan Pers dan Jurnalisme Indonesia Masa Depan dalam Perspektif Kritis”.
Dias Nurul Fajriani, panelis mahasiswa panelis menyampaikan kekhawatirannya terhadap aktivitas jurnalisme saat ini yang mulai menghadapi krisis. Menurut dia media saat ini menghadapi tantangan dalam menghadapi cepatnya informasi di era digital.
“Anak muda perlu memiliki pemahaman tentang berita dan informasi. Tidak semua informasi adalah berita, tetapi semua berita adalah informasi,” kata Dia.
Sementara itu Hayyu Shafa Nur Utami dan Affarel Firdausy Akbar, dua panelis lainnya, menyampaikan pandangan dari sisi pers mahasiswa yang harus menulis berita dengan baik, bukan hanya viral agar semata. Pers mahasiswa harus berpihak kepada kebenaran dan kemerdekaan pers pun perlu dilandasi dengan tanggung jawab.
(Redaksi/Ogi “Jhengghot”)