INTINEWS.CO.ID, WISATA&KEBUDAYAAN – Jatiluwih terkenal dengan sawah teraseringnya yang indah. Tak hanya menyajikan alam yang menawan, Jatiluwih juga menyimpan filosofi kehidupan masyarakat Hindu Bali.
Berkunjung ke Desa Jatiluwih, Sobat Pesona akan disuguhkan dengan pemandangan sawah yang memikat. Ya, Desa Jatiluwih yang terletak di Tabanan, Bali ini menjadi salah satu desa wisata yang menyajikan sistem pertanian khas Bali, Sobat Pesona penasaran?
Sistem pertanian Subak Desa Jatiluwih menganut konsep filosofi Tri Hita Karana yang bertujuan agar tercapai dan terbinanya keselarasan antara warga Subak dengan sesamanya, lingkungan, dan Sang Pencipta. Secara fisik konsep Tri Hita Karana terwujud dalam sawah berundak. Secara non fisik ada sejumlah ritual yang dijalani para petani di Jatiluwih agar keselarasan dengan alam selalu terjaga.
Ada pun upacara yang menjadi ritual bagi petani yang menganut filosofi Tri Hita Karana di Desa Jatiluwih adalah sebagai berikut.
Mapag Toya
Mapag Toya adalah upacara menjemput air ke sumber mata air. Upacara ini dilakukan pada Sasih Ketiga yaitu bulan September. Kegiatan ini disebut Kempelan yaitu kegiatan membuka saluran air ke sumber aliran air di hulu subak, selanjutnya air akan mengaliri sawah.
Ngendag Tanah Carik
Upacara satu ini bertujuan untuk memohon keselamatan saat membajak tanah sawah yang dilakukan oleh masing-masing anggota subak, prosesi ini masih pada Sasih Ketiga.
Ngurit
Ngurit merupakan upacara pembibitan pada masing-masing tanah garapannya. Ngurit dilaksanakan pada Sasih Kelima yaitu sekitar bulan November.
Ngerasakin
Ngerasakain adalah upacara membersihkan kotoran yang tertinggal ketika melakukan pembajakan sawah, upacara ini dilakukan setelah pembajakan selesai pada awal Sasih Kepitu yaitu awal bulan Januari.
Pangawiwit (Nuwasen)
Upacara satu ini bertujuan untuk mencari hari baik untuk memulai menanam padi yang dilakukan pada sekitar Sasih Kepitu.
Ngekambuhin
Tujuan diadakannya upacara ini tak lain untuk meminta keselamatan bagi anak padi yang baru tumbuh, dilakukan pada saat padi berumur 42 hari pada sekitar Sasih Kewulu yaitu bulan Februari.
Pamungkah
Pamungkah adalah upacara memohon keselamatan agar tanaman padi dapat tumbuh dengan baik. Upacara ini dilakukan pada Sasih Kewulu.
Penyepian
Upacara satu ini digelar untuk memohon keselamatan agar tanaman padi terhindar dari hama, dilakukan pada Sasih Kesanga yaitu sekitar bulan Maret.
Mesaba
Masaba merupakan upacara sebelum panen yang dilakukan pada Sasih Kedasa yaitu bulan April.
Nganyarin
Ngayarin adalah upacara mulai panen yang dilaksanakan pada Sasih Sada yaitu bulan Juni oleh anggota subak pada masing-masing sawahnya.
Manyi
Upacara ini merupakan kegiatan memanen padi yang dilakukan pada bulan Juli.
Mantenin
Upacara ini dilakukan untuk menaikkan padi ke lumbung atau upacara menyimpan padi di lumbung yang dilaksanakan pada Sasih Karo yaitu bulan Agustus.
Bertani bukan hanya sekadar profesi bagi masyarakat Jatiluwih, tapi juga merawat hubungan dengan sesama, dengan alam dan Sang Pencipta. Ayo kunjungi.
@Sumber berita&foto, https://pesona.travel/keajaiban/5300/filosofi-tri-hita-karana-tradisi-pengolahan-
(Redaksi).