INTINEWS.CO.ID, NASIONAL – Era reformasi saat ini, ada agenda akan berkumpul kebali Aktivis ’98, apakah agenda berkumpul Aktivis 98 sinyal adanya Revolusi?

Tentang “Menggugat Reformasi“, apakah akan dibicarakan dalam hajatan Aktivis ’98? Jangan pernah lupakan sejarah, tepatnya 25 tahun yang lalu, menurunkan orde baru (Orba) pada bulan Mei, 1998, ribuan mahasiswa Indonesia turun kejalan berteriak, berdarah-darah dan bahkan kehilangan nyawa. Kekuatan mahasiswa Indonesia pada waktu itu begitu solid tidak terbendungkan hingga mendobrak gedung MPR/DPR dan akhirnya Pesiden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998, digantikan oleh Wakil Presiden saat itu, B.J. Habibie.
Tidak memungkiri, perjuangan mahasiswa Indonesia pada waktu itu memunculkan “era reformasi” yang banyak melahirkan Undang-Undang baru, seperti:
- Pengesahan Undang-Undang (UU) Partai Politik, yang mencabut pembatasan jumlah partai politik (Parpol). Mengakibatkan partai politik bermunculan yang bersaing dalam pemilihan legislatif 1999.
- Pengesahan UU Otonomi Daerah, yang merupakan pertama dalam desentralisasi pemerintahan Indonesia dan memungkinkan setiap provinsi lebih berperan dalam mengatur daerahnya.
- Pegesahan UU Pers, yang lebih membebaskan profesi Pers berkarya.
- Beberapa tahanan politik (Tapol) dibebaskan diantaranya Muchtar Pakpahan (Tokoh Buruh), Sri Bintang Pamungkas (Tokoh Pegerakan), dan José Alexandre Xanana Gusmão (Tokoh Pejuang Provinsi Timor Timur, sekarang Negara Timor Leste).
Era reformasi yang dirasakan itu pun melahirkan perubahan di beberapa tatanan baik di pemerintahan dan lingkungan sosial kemasyarakatan.
Pesta demokrasi pemilihan umum (Pemilu) 2024 yang masih dalam era reformasi hanya tinggal hitungan bulan, yang akan menandakan kepemimpinan Presiden Ir. Joko Widodo akan berkahir tidak lama lagi. Beberapa partai sudah mengumandangkan “jagoan” yang akan ikut konstestan pemilihan presiden (Pilpres). Oleh karena itu, kesibukan para petingi partai ke sana-sini pun semakin meningkat dratis.

Namun, para Aktivis 98 yang menorehkan era reformasi selama ini hampir tidak pernah terdengar suaranya, tiba-tiba menggelegar sampai ke pelosok Nusantara ini dengan membuat hajatan Aktivis ’98 yang akan dilaksanakan pada hari Minggu, 21 mei 2023. Hajatan Aktivis ’98 ini pun menjadi perbincangan publik, yang tidak hanya di media sosial (Medsos) bahkan menjadi diskusi hangat para tokoh di daerah.
Dalam undangan hajatan Aktivis 98, tertulis antara lain:
25 Tahun Reformasi dan Demokrasi Indonesia “Menggugat Reformasi”
Hajatan Aktivis ’98 Solidaritas Aktivis Reformasi, Aktivis ’98 undang Aktivis ’98
Jl. H. R. Rasuna Said, Kav. C-22, Kuningan, Jakarta Selatan
Tulisan dalam video yang berdurasi 00:59, Aktivis ’98 “Menggugat Reformasi” yang dikirim lansung oleh salah satu panitia acara ini ke “WA” Pemred www.intinews.co.id dantara lain seperti:
- Hajatan Aktivis ’98 Undangan Halalbihalal dan Peringatan 25 Tahun Reformasi, Minggu 21 Mei 2023
- Pameren Foto Perjalanan Aksi Reformasi 1998
- Peringatan 25 Tahun Reformasi Launching Yayasan ’98 Peduli
- Kita Pernah Bersama, Bertemu Dalam Aksi Demonstrasi, Memenuhi Jalan-Jalan, Teriakan Reformasi
- Saatnya Kita Kembali bersama Meneruskan Cita-Cita Reformasi
Pada era reformasi tahun 1998, pergerakan mahasiswa pada waktu itu ada yang dengan nama kampusnya dan elemen yang terbentuk dari berbagai macam kampus. Dan salah satu pergerakan elemen-elemen mahasiswa pada masa itu yang juga diperhitungkan adalah Forum Kota atau disingkat “FORKOT”. Pergerakan Forkot diperhitungkan bukan hanya dengan banyaknya mahasiswa atau orasi-orasinya yang tajam saja, tapi karena:
- Elemen Mahasiswa yang sangat aktif turun ke jalan, ‘berdemonstrasi’
- Semua mahasiswa dan mahasiswi yang tergabung di Forkot berjuang totalitas, yang siap ‘berdarah-darah’
- Elemen Mahasiswa yang tidak ada kata mundur dan tidak mudah diajak negosiasi.

Jon, Aktivis ’98 dan tergabung di Forkot, yang merupakan salah satu panitia acara ini melalui komunikasi “WA” kepada Awak media ini, pada hari Jumat, (19/5), menjelaskan acara 25 Tahun Peringatan Reformasi ini diadakan oleh Aktivis 98, yang dulu tergabung dalam berbagai kampus, dan elemen mahasiswa, seperti:
- Forkot
- Famred
- Front Kota
- LMND
- Basis-basis kampus lainnya.
Jon yang dulunya kuliah di “UKI” juga menerangkan hajatan Aktivis ’98,
“Acara ini menggugat reformasi. Selain jadi ajang konsolidasi aktivis ’98 dan juga tidak hanya ‘cuap-cuap’ saja, berbicara mengenai kondisi bangsa saat ini. Langkah awal adalah membentuk Yayasan 98 Peduli, yang akan berjuang untuk nilai-nilai kemanusiaan dan cita-cita reformasi yang sesungguhnya,” terang Jon kepada Awak media ini, (19/05).
Lanjut Jon,
“Kita akan mengumpulkan Aktivis ’98 yang ada di seluruh Indonesia. Rencananya, estimasi 1200 Aktivis ’98 hadir dalam acara peringatan 25 tahun reformasi ini, yang akan dilaksanakan pada hari Minggu, 21 mei 2023, di hotel JS Luwansa, Jakarta. Ada beberapa acara, seperti pameran foto Gerakan Mahasiswa ’98, dan acara puncak adalah launching Yayasan 98 Peduli,” ucap Jon kepada Awak media ini, (19/5).
Mengakhiri wawancara dengan Awak media ini Jon mengatakan, bahwa hajatan Aktivis ’98 ini bukan untuk mendukung Calon Presiden (Capres) Pemilu 2024.
“Acara ini bukan untuk mendukung Capres Pemilu 2024. Tapi hajatan Aktivis ’98 murni untuk “Kembali meluruskan arah reformasi!,” ungkap Jon dengan tegas kepada Awak media ini, (19/5).

Jiffry V.W. Umboh, SH, yang saat ini berprofesi sebagai Pengecara ‘Lawyer’ dan bertempat tinggal di Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), adalah salah satu Aktivis ’98 dan Simpul Forkot di Unbor, ketika dikonfirmasi oleh Awak media ini pada hari Kamis, (18/5), mengatakan kebutuhan hukum yang tegak lurus pada kebenaran di era reformasi dengan orba beda tipis saja.
“Di tahun 1998, seluruh mahasiswa berjuang berdarah-darah itu karena murni memperjuangkan kondisi rakyat yang diabaikan oleh Pemerintah pada waktu itu. Nah, sampai saat ini kan bisa dirasakan sendiri, apakah ada kehidupan masyarakat lebih sejahtera di era reformasi dari pada era orba? Salah satu contoh, dalam penegakkan hukum, mana yang ditunjukkan di era reformasi ini bahwa hukum itu lebih banyak tajam ke atas? Karena kemajuan teknologi jadi ada secuil keberuntungan bagi rakyat yang merasa tertindas atau diperlakukan secara semena-mena ketika sudah viral di medsos. Bukan rahasia umum, bagaimana masyarakat terutama yang di pinggiran dan pelosok negeri ini merasakan kinerja aparat hukum?. Satu lagi jadi pertanyaan yang sangat esensi, apakah sulit mencari orang-orang yang dijadikan menjadi Pemimpin/Kepala pada institusi penegak hukum yang tidak minim integritas? Miris,” terang Jiffry kepada Awak media ini, (18/5).
Jiffry V.W. Umboh, SH, mengatakan sangat mendukung penuh dengan adanya hajatan Aktivis ’98 ini.
“Saya sebagai bagian dari Aktivis ’98 dan Forkot, sangat mendukung penuh ketika kawan-kawan di jakarta saat ini membuat acara hajatan Aktivis ’98 ini, walaupun yang seharusnya 10 tahun yang lalu diadakan acara seperti ini. Saya mendapat undangan untuk menghadiri hajatan tersebut, Saya nyakin acara ini akan signifikan membangunkan macan tidur!. Tidak ada kata terlambat pada momen ini seluruh Aktivis’98 memberitahukan kepada rakyat Indonesia, yang khususnya kepada generasi milenial dan generasi z untuk tolak pembodohan, melek melihat kondisi bangsa dan negara tercinta Kita ini,” tutup Jiffry Umboh kepada Awak media ini, (19/5).
Ogi “Jhenggot”, Pimpinan Pers ini, yang saat ini tinggal di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), merupakan salah satu Aktivis ’98 dan Simpul Forkot di Unsada mendapat undangan untuk menghadiri hajatan Aktivis ’98. Ia mendukung penuh acara yang diselenggarakan oleh kawan-kawan di Jakarta, dan berharap acara ini harus sukses, semoga tidak hanya seribu dua ratus tapi tiga ribu Aktivis ’98 di seluruh Indonesia bisa menghadiri acara ini. Ogi “Jhenggot” sependapat harus adanya kekuatan meluruskan cita-cita reformasi yang sesungguhnya. Dan saat ini, seluruh Aktivis ’98 berhak menyuarakan itu kepada rakyat Indonesia. Tunjukkan ke genarasi milenial dan generasi z bahwa Aktivis ’98 tidak tidur. Jangan biarkan di setiap negeri ini yang jadi Pemimpin dan Pejabat bermental kacung, nihil integritas, tidak bermoral dan tidak menjunjung tinggi Bhinneka Tunggal Ika.
(Redaksi/Ogi “Jhenggot”)